23/08/12

Demokrasi bablas

Sejak era reformasi tahun 98,runtuhnya rezim Soeharto membawa masyarakat Indonesia seperti keambang pintu yang penuh dengan kebebasan berkata pula berbeda. demokrasi yang diinginkan, benar-benar demokrasi yang hakiki. tapi hanya buat orang yang bisa angkat kaki. demokrasi buat mereka tapi tidak buat wong desa. demokrasi kebablasan mungkin yang ingin saya utarakan. demokrasi yang benar-benar bebas berbuat, bebas berbicara tanpa hina

21/03/11

Hope

sungguh ingin seperti itu.....
malam yg kalutkan muda-mudi....
pecahkan lilin-lilin batas...
sampai paling ujung yang tak berkesudahan....
melihat-Mu sedalam ini.....

20/01/11

Hanya pembuka

Lama tak bersua, waktu tiada pernah kompromi,,
aku ditinggal sendiri atu malah aku yang meninggalkan dengan sendirinya?entahlah...
tidak ingin ber-apologi atau berkelit diri,,aku memang sempat mati...
suasana itu membuatku tertidur pulas...
sampai aku tak sadar bahwa aku harus bangun...
mimpi membawaku kedalam labirin angan yang ujungnya aku tak tau...
ahh...aku tidak mau menyalahkan siapa-siapa...

sekarang aku sudah memiliki istri, tidak sendiri lagi
keluarga kecil sudah mulai harus aku pahami...
baik secara antologi ataupun duniawi....
satu untuk berdua..berdua menjadi satu...

sakinah, mawaddah - warahmah ucap para kiai
bahagia, rukun - damai pesan orang yang sudah mengerti
senang dan senang banget hanya itu yang aku rasai...

hee..

21/04/10

Misteri

dengan puluhan buku aku baca
di puluhan pintu coba aku buka
bersama puluhan guru aku bercerita

tentang sebuah misteri
misteri yang sampai saat ini aku tak bisa memecahkannya
bukan tentang Alam, bukan pula tentang Tuhan
sesuatu yang tak tampak, tapi sangat terasa hangat

sebuah Misteri dimana Hatiku tak bisa melupakanmu
sebuah Misteri dimana Jiwaku tak bisa menjauh darimu
sebuah Misteri dimana Ragaku tak bisa berpisah darimu

kau Rosyidah Ridha....

05/04/10

Seperti tahun sebelumnya...

disela sudut ramai yang aku sadar
sebuah suara getarkan sapa
satu tanya darinya, untukku yang lupa sedari diri
melesat menerawang akan sebuah ucap yang belum sempat terucap
baginya adalah makna kasih, bagiku hanyalah ritual bisu

aku sadar ini mengecewakannya
aku sadar ini membuat sedikit sakit hatinya
aku sadar ini...
kalaulah aku lupa hari jadi
entah itu dirinya, orang tua, keluarga, kaka2-ku apalagi hanya teman main-ku...

dan aku lagi-lagi hanyalah ucapkan maaf
yang sudah pernah juga aku ucap di beberapa tahun sebelumnya

entah ini penyakit..
entah ini kebiasaan diri..
entah ini ketidak romantisan aku yang laki-laki..
yang lupa hari jadi mu, no sepatu, bahkan kesukaanmu

tapi aku bilang pada mu, bahwa aku tidak pernah lupa ataupun akan melupakan
jikalau bulan syawal nanti, yang menemaniku kala hidup dan ajalku tiada lain adalah dirimu...
aku sangat ingat itu..
aku sangat sadar itu..
dan aku sudah ikrarkan itu di kedalaman sanubari, sampai ajal menghampiri

04-04-2010....

22/03/10

FOTO,ENCOD-DECOD & IDENTITAS KULTURAL (Babak I)

Sebuah foto sepertinya mulai hilang secara perlahan dalam kajian kita, entah ini hanya prasangka atau mungkin saja hanya sekedar negosiasi akan eksistensi semata. yang pasti, bagi saya sendiri foto adalah hal yang penting dalam membuat sebuah formula untuk menanamkan kode-kode pencitraan ketika membuat sebuah makna khusus.

Apa sebenarnya yang membuat pamor foto kalah rating dengan pengkodean melalui media televisi?itu mungkin bisa kita jawab bareng-bareng,untuk kalian yang mengaku seorang fotografer, pencinta foto atau juga yang suka difoto,hwe..

Tentunya dalam coretan iseng saya ini, sedikit ingin menyinggung sekaligus menjunjung lagi arti sebuah foto dalam pembentukan kode-kode kulturul dan menjadi bahan santapan masyarakat secara tidak sadar dalam mengaktualisasikan kediriannya, bahkan yang sering dilupakan menjadi riset perbendaharaan mereka untuk menentukan kostum, orang disekitar,life style dan semua yang berbau dunia ke-anyaran.

Ragam cara manusia menyajikan selembar foto menjadi sebuah media informasi,provokasi dan tentunya apresiasi terhadap diri sendiri akan kelebihan atau tanpa sadar kekurangan. Lihat saja gelaran pemaran foto tunggal, kolektif, buku sampai tag foto yang sekarang makin gencar menggempur otak masyarakat Indonesia is pacebuuk (kata teman saya,,hee)
saya teringat kata seorang jurnalis Eropa. "kita tak boleh buta terhadap fakta bahwa, disebuah dunia yang sepersekian waktunya ditembusi oleh berbagai produk media industri, yang itu telah muncul suatu arena besar untuk proses self-fashioning. Ini adalah panggung yang terbebas dari keterbatasan spasial dan temporal interaksi dari muka ke muka dan aksesibilitas foto dan gempuran globalnya, dan ini semakin tersedia bagi individu di seluruh dunia."

apa yang diramalkan ole jurnalis Eropa itu memang benar adanya, apalagi setelah dunia analog digeser tanpa ampun oleh era digitalisme, dengan bersembunyi dari isu global warming, mereka layaknya pahlawan penyelamat komunikasi tanpa batas. tidak ada batas umur, tidak ada tembok gender, semua diberikan ruang lebar untuk bisa mengaplikasikannya. segala fitur benar-benar menjadi senjata untuk membelah semesta hingga tanpa batas.

nah...impact-nya di kultur masyarakat tentu jauh lebih besar dari alatnya. layaknya partikel atom kecil yang sanggup luluh lantakkan benua negeri sakura. apapun tanggapannya itu, naturalnya alam adalah membagi dalam dua bagian makna. negatif positif alamiahnya muncul sendiri dalam pemaknaan ini, tentu kita mengambil poros yang terkadang ambigu,yang pasti menghindarkan anggapan yang parsial.

dalam hal ini, segala issu bisa muncul dengan cepat, obrolan westernisasi, ketimuran hingga yang paling lokal bahkan personal terbongkar dan tersiar dengan lantang dari media ini. gw modern, lu kampunga!, ane alim lu bezat, gw sedih, gw senang, kita hancur, kami suka dan seluruh makna kultural yang timbul. dan lebih fatalnya media ini menjadi simbol anak muda yang gaul, atau b ahkan melek teknologi modern, lebih dekatnya menjadi life style.



to be continue(maaf terhenti dulu sampai disini..untuk kalian yang baca bisa komentar dulu sedikit dari coretan saya ini atau mungkin menambahkannya..maklum nulisnya di ruang yang dibatasi akan waktu+tanggung jawab+dan semua yang mengharuskan saya tunduk akan rule itu...hweee.apologinya klise banget ya....
nanti akan saya sambung lagi..pasti!!)

19/03/10

Jalanku

setapak langkah mulai tinggalkan jejak
naiki anak tangga yang aku yakin ada ujungnya
suara mu pun mulai terdengar
tandakan bahwa aku tak sendiri
aku yakin itu..!!

19/02/10

untuk-Mu Sang Pemilik Nama

di penghujung ego diri
di puncak keangkuhan hati
aku tersungkur keras
dikemaluan yang tak tertepi
pada-Nya aku malu untuk berdiri

kemana kebebasan manusia kala Ia meng-Ada?
dimana kekuatan manusia saat Ia mulai berbicara?

siapa dari kalian yang bisa bantu jawabnya...!!

aku saja tak tau...!
mungkin aku sendiri akan bilang!
"Cukup diam dan malu ku yang menjawab semua"

'Alaika...

di saat sepi ruang kantor, at 03.00

09/02/10

Selepas lelap

Logika terbalik..
menyapa kamu, lupakan sepi sejenak
tersadar dikesunyian malam
sendiri dibalik pandangan yang masih kosong pula gelap
sedikit bergerak, rasakan jiwa saat kembali tersentak

ada satu nama terpikirkan
hampir penuhi otak yang terasa sesak
segaris wajah hitam manis
hadir dikelopak mata dengan gerutan alis tipis
perempuan yang pakaikan kerudung suci
ku sampaikan, bahwa aku sedang menanti

ajaklah angin juga rembulan malam
biarkan mereka tuntun kamu dalam tapak kelam
gelap malam kan terasa terang
jika kau sapakan alam dalam ingatan Tuhan

aku ingin ajak kamu dalam jamuan suci
bersama, satukan rasa
berdua, mengukir cerita
hikayat hidup nan indah untuk disampaikan ke Tuhan
dalam lafaz cinta sejati nan hakiki..

dikau perempuan yang kupanggil Matahariqu